Sabtu, Desember 17, 2011

Manusia Pertama di Angkasa Luar

Beritakan kepada dunia
Bahwa aku telah sampai pada tepi
Darimana aku tak mungkin kembali.
Aku kini melayang di tengah ruang
Diman tak berpisah malam dan siang
Hanya lautan yang hampa dilingkung gemerlang bintang.
Bumi telah tenggelam dan langit makin jauh mengawang.
Jagad begitu tenang. Tidak lapar.
Hanya rindu kepada istri,kepada anak,kepada ibu di rumah.
Makin jauh,makin kasih hati kepada mereka yang berpisah.
Apa yang kukenang? Masa kanak waktu tidur dekat ibu
Dengan membawa dongeng dalam mimpi tentang bota
Dan raksasa,peri dan bidadari. Aku teringat
Kepada buku cerita yang terlipat dalam lemari.
Aku teringat kepada bunga mawar dari Elisa
Yang terselip dalam surat yang membisikkan cintanya kepadaku
Yang mesra. Dia tentu kini berada di jendela
Dengan Alex dan Leo, - itu anak-anak berandal yang kucinta-
Memandangi langit dengan sia. Hendak menangkap
Sekelumit dari pesawatku, seleret dari
perlawatanku di langit tak berberita.
Masihkan langit mendung di bumi seperti waktu
Kutinggalkan kemarin dulu?
Apa yang kucita-cita?Tak ada lagi cita-cita
Sebab semua telah terbang bersama kereta
ruang ke jagad tak berhuni.Tetapi
ada barangkali.Barilah aku satu kata puisi
daripada seribu rumus ilmu penuh janji
yang menyebabkan aku terlontar kini jauh dari bumi
yang kukasih. Angkasa ini bisu. Angkasa ini sepi
Tetapi aku telah sampai pada tepi
Darimana aku tak mungkin kembali.
Ciumku pada istriku,kepada anak dan ibuku
Dan salam kepada mereka yang kepadaku mengenang.
Jagat begitu dalam, jagat begitu diam.
Aku makin jauh, makin jauh
Dari bumi yang kukasih. Hati makin sepi
Makin gemuruh.

Bunda,
Jangan biarkan aku sendiri.





                                                             Subagio Sastrowardoyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar