Sabtu, Desember 31, 2011

Senandung di Kamar Kecil

Misalkan aku diruang tunggu dan berhadapan dengan pintu
terkunci. Maka aku sedang mencari sebuah kunci rahasia
untuk masuk ke dalam. Tapi kunci tak pernah ada
ditanganku. Aku tak pernah sabar dan tak pernah bisa sabar
menunggu. Dan sifat buruk ini amat memperdayakan
orang-orang seperti aku! Amat tak sabar dan amat gusar kuketok
pintu. Kuketok dan kuketok-ketok
selama hidupku:
Alangkah sia-sia hidupku ini!
Lagi pula bayangkan betapa tragis
sebab sebenarnya aku tak melakukan apapun sebab tak ada pintu. Tak ada.

                                                        
Abrar Yusra

Leiden 15/10/78 (Pagi pk. 8.24)


aku kertas
kertas kosong
ditiup angin dari lorong ke lorong
tanpa melawan
tanpa berpesan
terus melayang
tapi hati melekat
pada satu tempat
dimana keheningan mengandung bicara
ditengah kabut kota
dibawah lampu temaram
jalan-jalan lengang
tapi terus terdengar burung berkicau


Subagio S.

Pendidikan untuk Anak-anak

Jika anak-anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk.
Jika anak-anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
Jika anak-anak hidup dengan rasa takut, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk merasa menyesal sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan olokan, mereka belajar untuk merasa malu.
Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri hati.
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
Jika anak-anak hidup dengan semangat, mereka belajar percaya diri.
Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
Jika anak-anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk cinta.
Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar seperti itu sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bagus untuk memiliki tujuan.
Jika anak-anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kedermawanan.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar sebenarnya.
Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
Jika anak-anak hidup dengan baik-baik, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar di dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.

Dorothy Law Nolte (1924 – 2005)




Kamis, Desember 29, 2011

Kisah Akhir

Mataku layu terjamah sapa pagi
Tubuhku hangus terbakar mentari
sedang fikirku tenggelam meratap sendiri

Heh..rasaku berkata lirih,
‘Pisah, putus, pecah’
Ku kira baru kemarin dunia tercipta,
kini..hancur tak berbentuk
Mengapa kini tlah pulang kepangkuan?
padahal baru lusa aku berencana pergi.
Baru satu hari sajak tercipta,
kini..tinggal kekal direrumputan!
Aku ini daun malam,
bergerak mengikuti hembusan angin malam
Ada kata, ada makna bagiku.

Dan akhirnya...
Entah lusa, esok atau kapan,

Aku akan hancur tertimpa alam..


radita160506

Teori Sosiologi Ferdinand Tonnies

Riwayat hidup Ferdinand Tonnies
Ferdinand Toennies lahir di Schleswig, Jerman Timur pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Sepanjang hidupnya ia bekerja di Universitas Kota Kiel. Hasil karyanya yang terkenal membahas tentang teori perubahan masyarakat yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887) yang selanjutnya diedit dan di alihbahasakan kedalam bahasa Inggris menjadi Community and Society (1957) oleh Charles P. Loomis, karyanya yang lain yang berupa essai-essai tentang sosiologi terdapat di dalam bukunya Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology).
Ferdinand Tonnies juga melatarbelakangi berdirinya Genman Sosiological Association (1909, bersama dengan George Simmel, Max Webber, Wemer Sombart, dan lainnya). Diakhir usianya Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan seringkali ia diundang menjadi professor tamu di University of Kiel, setelah hampir masa hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya para sosiolog dimasanya. Hasil-hasil karya Ferdinand Toennies yang lainnya antara lain ialah Gemeinschaft and Gesselschaft (1887), Sociological Studies and Criticism (3 jilid, 1952), Introduction to Sociology (1937).

Pemikiran Ferdinand Toennies dan Tokoh- tokoh yang mempengaruhi pemikirannya

Masyarakat adalah karya ciptaan manusia sendiri. Hal ini ditegaskan oleh tonnies dalam kata pembukaan bukunya. Masyarakat bukan organisme yang dihasilkan oleh proses- proses biologis, juga bukan mekanisme yang terdiri dari bagian- bagian individual yang masing- masing berdiri sendiri, sedang mereka didorong oleh naluri- naluri spontan yang bersifat menentukan bagi manusia. Masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi- relasi timbal balik yang mantap. Kemauan manusia mendasari masyarakat.
Berkenaan dengan kemauan itu Toennies membedakan antara zweekwille yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan dan triebwille yaitu dorongan batin berupa perasaan. Keduanya berasal dari Wilhelm Wundt. Kita bicara tentang zweekwille apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan mengambil tindakan rasional ke arah itu. Suatu no nonsense mentality menuntun orang dalam merencanakan langkah- langkah tepat untuk mencapai tujuan itu. Misalnya di waktu masalah transport di kota metropolitan New York di tangani pada tahun 1811, para ahli membuat suatu streetplan berdasarkan dalil geometri, bahwa garis bujur merupakan jarak paling dekat antara dua titik. Pertimbangan non rasional tidak dimasukkan dalam perhitungan mereka. Biasanya di bidang ekonomi  orang yang hendak mencari keuntungan atau memberi jasa- jasa pelayanan didorong oleh zweekwille. Dalam rangka tujuan itu mereka mendirikan kongsi- kongsi atau relasi- relasi dagang, dimana bukan relasi sendiri yang menjadi pertimbangan melainkan tujuan yang mau dicapai melalui relasi itu.
Triebwille mengikuti sejumlah langkah atau tindakan, yang tidak berasal dari perhitungan akal- budi melulu, melainkan dari watak, hati, atau jiwa yang bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan, kecenderungan psikis, tradisi atau keyakinan orang. Misalnya, orang bekerja sama karena senang dengan keramaian, atau karena ingin belajar, atau mau menolong, atau merasa diri berguna, kreatif dan sebagainya. Pascal, seorang filsuf Perancis, pernah bekata bahwa hati manusia mempunyai logikanya sendiri, yang sering tidak dimengerti atau mungkin dipertanggungjawabkan oleh pikiran rasional.
Triebwille paling menonjol dikalangan kaum petani, orang seniman, rakyat sederhana, khusunya wanita dan generasi muda. Sedangkan zweekwille lebih menonjol dikalangan pedagang, ilmuwan dan pejabat- pejabat. Distingsi tersebut ini langsung berpengaruh atas corak dan ciri interaksi orang dalam kelompok atau masyarakatnya, sehingga Toennies membedakan masyarakat kedalam dua tipe yaitu:

1.      Gemeinschaft (paguyuban)
Merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota- anggotanya diikat dalam hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah dan bersifat kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan persatuan batin yang juga bersifat nyata dan organis sebagaimana dapat diumpamakan peralatan hidup tubuh manusia atau hewan. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi gemeinschaft adalah bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian dengan triebwille. Kebersamaan dan kerjasama tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan di luar, melainkan dihayati sebagai tujuan dalam dirinya. Orangnya merasa dekat satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Suasanalah yang dianggap penting daripada tujuan. Spontanitas diutamakan diatas undang- undang atau keteraturan. Toennies menyebut sebagai contoh  keluarga, lingkungan tetangga, sahabat- sahabat, serikat pertukangan dalam abad pertengahan, gereja, desa, dan lain sebagainya. Para anggota diperstukan dan disemangati dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya sehingga mereka terlibat secara psikis dalam suka duka hidup bersama. Dengan kata lain bahwa mereka sehati dan sejiwa. Menurut Ferdinand Toennies prototipe semua persekutuan hidup yang dinamakan gemeinschaft itu keluarga. Ketiga soko guru yang menyokong gemeinschaft adalah:

a.      Gemeinschaft by blood
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Contoh: kekerabatan, masyarakat- masyarakat suatu daerah yang terdapat di daerah lain. Seperti ikatan mahasiswa Jambi di Yogyakarta.
b.      Gemeinschaft of place
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong menolong. Contoh: RT dan RW.
c.       Gemeinschaft of mind
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama.

2.      Gesellschaft (patembayan)
Merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek. Gesellschaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan pada sebuah mesin. Sedangkan menerut Selo Soemardjan dan Soeliman Soemardi gesellscaft merupakan tipe asosiasi  dimana relasi- relasi kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor- faktor lahiriah seperti persetujuan, peraturan, undang- undang dan sebagainya. Menurut Toennies teori gesellschaft berhubungan dengan penjumlahan atau kumpulan orang yang dibentuk atau secara buatan. Apabila dilihat secara sepintas kumpulan itu mirip dengan gemeinschaft yaitu sejauh para individual hidup bersama dan tinggal bersama secara damai tetapi dalam gemeinschaft mereka pada dasarnya terus bersatu sekalipun ada faktor- faktor yang memisahkan, sedang dalam gesellschaft pada dasarnya mereka tetap terpisah satu dari yang lain, sekalipun ada faktor- faktor yang mempersatukan.  Toennies memakai istilah “hidup yang organis dan nyata (real)” untuk relasi- relasi yang berlaku didalam gemeinschaft dan istilah “ struktur yang khayal dan mekanis” untuk relasi- relasi yang berlaku di dalam gesellschaft. Namun Toennies tidak pernah mengatakan bahwa tipe masyarakat gemeinschaft adalah (sama dengan ) organisme, dan tipe masyarakat gesellschaft adalah (sama dengan mekanisme). Sebaliknya ia menolak banyak ralisme maupun nominalisme, yang kedua- duanya sejak aristoteles selalu di bandingkan oleh filsuf- filsuf dan telah menghasilakan dua gambaran masyarkat yang ekstrem. Ia hanya bertujuan untuk melukiskan atas cara abstrak dan dengan memakai konsep- konsep dua bentuk atau tipe kehidupan bersama yang berbeda- beda dan merupakan dua kemungkinan abstrak.

Sebagaimana telah dikatakan oleh Cooley, bahwa konsep- konsep egoisme dan altruisme, pilihan bebas dan kewajiban sosial, hanya saling menolak dibidang konseptual saja, sedang dalam kenyataannya mereka tetap terjalin menjadi satu hidup, demikian juga halnya dengan konsep- kosep gemeinschaft dan gesellschaft.  Dalam kenyataan praktis mereka tidak saling menolak, sebab tidak mungkin ada gemeinschaft tanpa ciri- cir gesellschaft dan tidak ada gesellschaft tanpa ciri- ciri gemeinschaft. Misalnya, keluarga tradisional dan masyarakat desa,yang merupakan contoh- contoh gemeinschaft tidak akan dapat bertahan terus, seandainya tidak ada peraturan, undang- undang, sistem kepemimpinan dan sistem peradilan. Sekalipun orangnya didorong oleh idealisme dan kemauan baik dan menggabungkan diri kedalam suatu gemeinschaft, mereka tetap membutuhkan beberapa  kepastian yang menyangkut rejeki dan kebutuhan lain.di pihak lain, walaupun suatu perusahaan atau administrasi negara diatur dan diselenggarkan secara birokratis dan rasional menurut gambaran gesellschaft, unsur- unsur manusia yang nonrasional akan tetap ikut memainkan peran dan  mempengaruhi interaksi orang yang bersangkutan. Seandainya tidak, mereka menjadi kumpulan robot- robot yang tidak berjiwa. Sama sebagaimana zweekwille dan triebwille selalu terjalin.
Toennies  menegaskan, bahwa setiap relasi selalu mengungkapkan ketunggalan dalam  kebhinekaan, dan kebhinekan dalam ketunggalannya. Hanya kalau kita membuat suatu deskripsi yang umum dan abstrak, kita mempertentangkan unsur yang satu terhadap unsur yang lainnya. Misalnya, kita berkata bahwa seorang seniman menharapkan penghargaan, sedang seorang pedagang mengharapkan keuntungan. Ini suatu pertentangan abstrak dan generalisasi. Sebab dalam kenyataan hidup kedua hal tampak dalam keadaan tercampur. Seniman juga harus mencari uang dan si pedagang sebagai manusia juga menginginkan penghargaan.  Begitu pula dengan kedua tipe masyarakat, mereka selalu berbentuk campuran. Pola interaksi yang berlaku dalam gemeinschaft dan pola yang berlaku dalam gesellschaft tidak salig menolak atau bertentangan satu sama lain. Tiap-tiap relasi mengandung dua aspek, selalu ada dua hal yang kait mengkait dan tidak mungkin dipisahkan. Namun demikian, dalam tipe gemeinschaft unsur hukum, peraturan, dan disiplin kurang diperhatikan dan sama menonjol seperti dalam gesellschaft, sedang unsur perasaan dan solidaritas, yang berasal dari penghargaan (triebwille) tidak begitu menonjol dalam gesellschaft.


Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I. Jakarta:     Gramedia.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rabu, Desember 28, 2011

KU BERI NAMA IA ...

Tumpukan detik-detik lalu kawan akrabnya,
Peluhpun menyucur mendampingnya tiap waktu.
Menyerah?
Hampir dipastikan tak Ia kenali dihelai-helai nafasnya.

Kekuatan raga, hati, pikiran, bersatu kokoh di tempatnya.
       Tak ada niat mencela mentari, namun Ia terperanjat dan berstrategi sebelum surya mengigau sekalipun, apalagi terbangun dan memancar.
Gelap malam itu teman buat”nya”
Melindungi dari macam yang mengancam,
Menuang energi yang tercecer siang tadi di medan tempur.

Ia punya dua jalan,
Tetap hidup dan berjuang kapanpun tak terbatas,
Atau..mati terbujur dengan senyuman karena tunai tugas mulianya.

Sejarah  itu paket lengkap dengan”nya”..
Mustahil saja terpisahkan !!
Negara dan seisinya?
Ia pula yang mengusahakan..

Terima kasih untuk Ia..
Karenanya kini dapat aku rangkai kalimat-kalimat ini,
dengan bebas tanpa takut ditindas !
Leluasa menggembor-gemborkan imajinasi,
yang bahkan belum terkonsep atau tidak ada konsep sekalipun !
Kita sejenak aman sampai kini karena Ia !
Sejarahpun ada dan dikenang berkat gerak tubuhnya,
yang tak jenuh bergelut dengan waktu dan takdir yang mengganas !

Sobat..
Kuberi nama Ia ......

Pahlawan bangsaku.













 


                            radita120211

JADILAH GURU YANG BAIK (Tujuh Hukum Mengajar)

John  Milthon  Gregory  merupakan  penulis  buku  yang  terkenal  tentang Tujuh  Hukum  Mengajar.  Inilah  beberapa  petunjuk  yang  perlu  dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.
1.       Persiapkan   bahan   pelajaran   dengan   mempelajarinya   berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.

2.       Carilah   urutan   yang   logis   dari   tiap   bagian   dalam   pelajaran   yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai  terwujud  suatu  pengertian  yang  dapat  saudara  uraikan  dengan kata-kata sendiri.
3.       Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
4.       Carilah  hubungan  antara  apa  yang  diajarkan  dan  kehidupan  sehari-hari siswa.  Hubungan-hubungan  inilah  yang  akan  menentukan  nilai  praktis penerapan dari pelajaran itu.
5.       Gunakan  sebanyak  mungkin  sumber  referensi  berupa  buku-buku  atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
6.       Harap  diingat  bahwa  lebih  baik  mengerti  sedikit,  tetapi  benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
7.       Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri  di  depan  kelas.  Dengan  persiapan  matang,  kita  akan  semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.




Sumber: John Milthon Gregory. Tujuh Hukum Mengajar